Sahabat Aqsho dimanapun anda berada
Secara filosofis, hubungan antara Al-Qur'an dan kehidupan manusia tidak hanya sebatas pedoman hukum, tetapi juga berfungsi sebagai sumber inspirasi mendalam (paradigmatik) yang menjawab tiga pertanyaan besar dalam filsafat: Tuhan (Metafisika), Manusia (Eksistensialisme/Antropologi), dan Alam (Kosmologi).
Al-Qur'an dipandang sebagai landasan teoretis dan etis bagi seluruh pemikiran filosofis dalam Islam, yang menempatkan Wahyu (Al-Qur'an) di atas Akal (Filsafat).
1. Al-Qur'an sebagai Sumber Filsafat dan Kebenaran (Al-Hikmah)
Meskipun kata "filsafat" (dari bahasa Yunani: philosophia - cinta kebijaksanaan) tidak ditemukan dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang menganjurkan berpikir, merenung, dan menggunakan akal (tafakkur, tadabbur, ta'aqqul).
Basis Kebijaksanaan (Hikmah): Al-Qur'an adalah sumber hikmah (kebijaksanaan) yang melengkapi dan memurnikan akal manusia. Filsafat Islam menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber tekstual utama (Al-Mushaf) yang menjadi acuan untuk mencari kebenaran, bukan hanya mengandalkan rasio semata.
Paradigma Utama: Al-Qur'an berfungsi sebagai paradigma (Al-Qur'anic Paradigm) yang mengatur kerangka berpikir Muslim. Ia menyediakan kebenaran fundamental (wahyu) yang melengkapi pengetahuan rasional (filsafat) dan empiris (sains) yang sifatnya terbatas.
Pembimbing Spekulasi Akal: Al-Qur'an memberikan batasan. Ia mendorong akal untuk memikirkan alam semesta (ayat-ayat kauniyyah) dan tanda-tanda kebesaran Tuhan, tetapi melarang spekulasi tentang hakikat Dzat Allah—sebuah wilayah yang berada di luar jangkauan akal.
2. Eksistensi Manusia dalam Perspektif Filosofis Al-Qur'an
Al-Qur'an memberikan jawaban filosofis yang mendalam mengenai hakikat dan tujuan keberadaan manusia.
Posting Komentar