Profil Yaimim yang sedang viral di Malang Ahli Quran
Sahabat Aqsho Nusantara, yang lagi viral seorang kyai, ulama, ahli quran, hafiz, dosen ilmu filsafat yang lagi tenar, alkamdulillah bagi yang penasaran, mari kita simak biodata lengkap beliau, diambil dari beberapa sumber di internet.
biodata Yai Mim yang paling dasar, dia lahir di Blitar, Jawa Timur, tepatnya 11 Maret 1966. Nama lengkapnya Muhammad Imam Muslimin Mardi, dari keluarga sederhana yang penuh nilai agama. Ayahnya, H. Achmad Mochammad Mardi Hasan Karyantono, adalah seorang pengusaha kecil yang taat beribadah, sementara ibunya, Hj. Siti Katmiyati, dikenal sebagai ibu rumah tangga yang rajin mengajarkan anak-anaknya soal Qur’an sejak dini. Di biodata Yai Mim, keluarga ini jadi pondasi kuat – gak mewah, tapi kaya akan didikan Islami yang bikin dia tumbuh jadi anak yang penasaran sama ilmu pengetahuan.
Sejak kecil, Yai Mim udah nunjukin minat besar ke dunia keagamaan. Di Blitar yang dikenal sebagai kota santri, dia sering ikut majelis taklim bareng tetangga. Biodata Yai Mim ceritain bahwa masa kecilnya gak lepas dari cerita soal tasawuf dari kakeknya, yang suka ngajarin soal ketenangan hati ala filsuf Sufi. Ini yang bikin dia jatuh cinta sama filsafat dan tasawuf sejak remaja. Bayangin aja, anak kecil di desa yang suka duduk di bawah pohon sambil denger kisah Rumi atau Al-Ghazali – itu awal mula passion-nya. Keluarganya mendukung penuh, meski kadang susah beli buku, tapi semangatnya gak pernah pudar. Di biodata Yai Mim, bagian ini nunjukin bahwa akar Jawa Timur yang kental budaya Islam jadi modal utama buat karirnya nanti.
Sekolah dasar dia di MI Al Qodiriyah Blitar, tempat dia pertama kali hafal surah pendek dan belajar baca kitab kuning. Lanjut ke MTs Ma’arif Bakung, di mana dia mulai serius belajar fiqih dan tafsir. Biodata Yai Mim ceritain bahwa masa MTs ini dia habisin banyak waktu di perpustakaan kecil sekolah, nyari buku soal filsafat Islam yang langka waktu itu.
Puncaknya, Yai Mim masuk Pesantren Terpadu Al Kamal Kunir Wonodadi, Blitar, di bawah bimbingan KH. A. Thohir Wijaya. Di sini, dia belajar ngaji dan ngurus pondok, sambil dalemin tasawuf lewat kitab-kitab klasik. Santri biasa, tapi semangatnya luar biasa – dia sering diskusi malam-malam soal konsep ma’rifatullah sama kiai. Setelah itu, dia lanjut ke IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UIN Sunan Ampel), jurusan Bahasa Arab, dan lulus tahun 1991. Biodata Yai Mim highlight bahwa di kampus ini, dia mulai gabungin ilmu Arab sama filsafat, baca karya Ibn Sina dan Al-Farabi yang bikin matanya terbuka lebar.
Gak berhenti di situ, S2-nya di Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2000, fokus studi Islam dengan penekanan tasawuf. Doktoralnya dia raih dari UIN Sunan Ampel dan UIN Malang tahun 2012, disertasi soal “Tasawuf dan Filsafat dalam Pemikiran Al-Ghazali” – topik yang bikin dia jadi ahli di bidang itu. Di biodata Yai Mim, pendidikan ini gak cuma gelar, tapi proses panjang belajar dari guru-guru besar yang ngebentuk karakternya jadi ulama modern.
Masuk ke karir, biodata Yai Mim nunjukin dia sebagai dosen luar biasa di IAIN Malang sejak awal 90an, sebelum resmi jadi dosen tetap Fakultas Tarbiyah UIN Malang tahun 1998. Spesialisasinya Bahasa Arab dan studi Islam, tapi dia sering ngajar mata kuliah filsafat dan tasawuf yang bikin mahasiswa ketagihan. Bayangin, kelasnya penuh diskusi soal “bagaimana tasawuf bantu atasi depresi modern?” – gak kaku kayak kuliah biasa, tapi hidup dan interaktif.
Yai Mim dikenal sebagai pengajar yang ramah, suka pake cerita rakyat Jawa buat jelasin konsep filsafat. Di biodata Yai Mim, disebutin dia sering bimbing skripsi soal integrasi tasawuf dengan psikologi kontemporer, yang bikin banyak alumni sukses jadi konselor spiritual. Sayangnya, tahun 2025 dia mundur dari UIN setelah konflik viral sama tetangga – cerita panjang soal sengketa tanah yang bikin media heboh. Tapi, biodata Yai Mim tetep catat kontribusinya: Puluhan paper di jurnal internasional soal filsafat Islam, dan buku “Tasawuf Jawa: Jalan Menuju Hati yang Tenang” yang best-seller di kalangan santri urban.
Tahun 2007, dia dirikan Pondok Pesantren Al Adzkiya’ Nurus Shafa (Anshofa) di Blitar, tempat santri belajar gak cuma ngaji, tapi juga filsafat dan tasawuf praktis. Pesantren ini unik – ada kelas diskusi soal “bagaimana Al-Hallaj temuin Tuhan dalam dirinya”, campur sama workshop meditasi zikir. Ribuan alumni udah lulus, banyak yang jadi dai muda atau akademisi.
Tahun 2021, dia tambah Pondok Pesantren Bayt Al Qur’an Nurus Shafa (BaiQu NUsa), fokus hafalan Qur’an dengan pendekatan tasawuf. Di biodata Yai Mim, aktivitas ini nunjukin komitmennya bikin generasi muda paham ilmu batin. Dia juga hafidz Qur’an sejak usia 37, proses panjang yang dia ceritain di buku otobiografinya “Perjalanan Hati ke Indah”. Aktivitas lain: Rutin ceramah di masjid-masjid Blitar soal filsafat cinta dalam tasawuf, dan kolab sama komunitas online buat webinar “Tasawuf di Era Digital”.
Dari lahir di Blitar sampe jadi ulama-dosen ahli filsafat dan tasawuf, biodata Yai Mim penuh pelajaran soal ketabahan dan semangat belajar. Profilnya sebagai pendiri pesantren, hafidz Qur’an, dan pemikir tasawuf bikin dia sosok idola. Aktivitasnya dari ngajar di UIN sampe ceramah online nunjukin dedikasinya. Meski ada kontroversi,
Sumber : blogamicom.ac.id
Reviewed by onlinemarket
on
12.15.00
Rating:


Tidak ada komentar: